TENGKAWANG
Tengkawang merupakan jenis pohon yang tumbuh di hutan sebagai penghasil buah. Pohon Tengkawang umumnya tumbuh di sekitar sungai atau dataran rendah lainnya di Pulau Kalimantan. Buah tengkawang bernilai ekonomi tinggi yang digunakan sebagai bahan kosmetik. Tengkawang dalam bahasa inggris disebut sebagai illipe nut atau Borneo tallow nut.
Secara taksonomi :
Kingdom : Plantae
Ordo : Malvales
Famili : Dipterocarpaceae
Genus : Shorea
Masyarakat sekitar hutan umumnya memanfaatkan pohon tengkawang ini untuk penghasil buah. Pada dasarnya Kayu Tengkawang memiliki kualitas yang hampir sama dengan kayu meranti. Bagi perusahaan yang mendapat izin usaha pengelolaan hasil hutan kayu, keberadaan pohon tengkawang ini di hutan saat ini cukup banyak dikarenakan pohon ini hampir kurun waktu sekitar 18 tahun tidak diproduksi. Pohon tengkawang termasuk jenis pohon yang dilindungi berdasar PP No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan Jenis Tanaman dan Satwa. Berdasar aturan tersebut terdapat 13 jenis tengkawang penghasil buah yang dilindungi. Akibat peraturan tersebut, perusahaan tidak menebang pohon tengkawang. Pada Bulan Juni 2018, Peraturan Pemerintah tersebut dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan PermenLHK No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan satwa dilindungi, Kemudian Perubahan Pertama atas peraturan tersebut nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 dan perubahan kedua Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Sesuai peraturan perubahan kedua maka jenis tengkawang tidak masuk dalam kategori jenis tanaman dilindungi.
Pohon Tengkawang termasuk famili dipterocarpaceae yang memiliki masa berbuah sekitar 4-8 tahun sekali.
Kami mengenalnya dengan istilah panen raya meranti. Istilah tersebut dikarenakan hampir semua jenis pohon famili tersebut berbuah yang didominasi oleh jenis meranti.
Tiga jenis tengkawang yang terkenal penghasil buah adalah tengkawang telur, tengkawang tungkul dan tengakawang rambai dalam bahasa latinnya Shorea macrophylla, Shorea stenoptera dan Shorea pinanga.
Pembudidayaan Tengkawang dapat dilakukan dengan teknik generatif dan vegetatif. Teknik Generatif dengan biji dan anakan alam sedangkan teknik vegetatif dengan cara stek pucuk.
Budidaya melalui biji tepat dilakukan pada musim panen raya ini. Musim panen raya dipterocarpaceae tahun 2018-2019 ini untuk daerah Barito Utara sudah dimulai bulan november, namun biji tua jatuh pada bulan Desember 2018 - Februari 2019.
Untuk mendapatkan biji kita perlu melakukan pengumpulan biji di areal hutan, setelah mendapat biji harus segera disemai karena biji tengkawang termasuk dalam benih recalsitran. Meski begitu biji tengkawang ini lebih tahan lama dibandingkan dengan biji meranti. Biji Tengkawang bersayap 5 dengan komposisi 3 sayap besar dan 2 sayap lebih kecil, ukuran biji lebih besar dari biji meranti. Berat biji Tengkawang sekitar 20-25 gram perbiji.
Sebelum disemai, biji tengkawang harus dibuang sayapnya terlebih dahulu, kemudian biji ditanam dengan posisi terbalik pada polibag berukuran 15 x 20. Media tanam yang kami pakai adalah top soil dan Sekam padi bakar dengan komposisi = 4: 1. Sekitar umur 7 hari biji tengkawang sudah mulai berkecambah. Bibit tengkawang siap ditanam pada umur 8 bulan.
Komentar
Posting Komentar